* HSF FANFICTION

[CHAPTER-PART 2] Everglow

(FF-poster) Everglow

Author  : 96lineBae

Main Cast : Park Jiyeon, Kim Myungsoo, Bae Suzy, Choi Minho

Additional Cast : … find it yourself, eoh? Kkk 😉

Genre : Romance

Rating : G

EVERGLOW

Part 2 : “You’ll be okay.”

Myungsoo masih tidak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Dan bagaimana bisa yeoja yang meminta untuk menjadi pacarnya pergi begitu saja tanpa menunggu jawabannya. Myungsoo pun bergegas turun untuk menyusul Jiyeon.

Park Jiyeon. Yeoja yang baru saja menembaknya tengah tertawa bahagia bersama Jongin, Sehun, dan segerombolan namja lain di kantin. Hanya Jiyeon sendiri yang yeoja. Myungsoo geram. Kenapa Jiyeon tiba-tiba bersosialisasi dengan banyak namja. Dia tidak seramah itu. Bisa dibilang namja yang akrab dengan Jiyeon hanya Jongin dan Sehun.

“Park Jiyeon!” panggil Myungsoo.

Jiyeon hanya membalasnya dengan tatapan datar. Malah Jongin dan Sehun melambai padanya, mengajak untuk bergabung dengan mereka. Jiyeon kembali bercanda dengan namja-namja itu.

Tanpa pikir panjang, Myungsoo menghampiri Jiyeon.

“Pembicaraan kita belum selesai,” ujarnya dingin. Diraihnya tangan Jiyeon dan mengajak yeoja itu pergi dari kantin.

Jongin–Sehun memandangnya curiga dan penuh tanda tanya. Myungsoo hanya memberi isyarat bahwa dia akan menjelaskan pada mereka nanti.

*—*—*—*—*

Jiyeon dan Myungsoo kembali ke atap sekolah.

Myungsoo masih tidak melepas genggaman tangannya. Entah kenapa Jiyeon juga tidak berusaha melepaskan tangannya dari Myungsoo.

“Bagaimana bisa kau pergi tanpa menunggu jawabanku?”

Jiyeon menunduk. “Ah, lupakan saja.”

“Bagaimana bisa aku lupa?”

“Terserah.”

“Kenapa kau memintaku jadi pacarmu?”

“Kau tidak perlu tahu.”

Mwo? Baiklah, apa kau menyukaiku?”

Lidah jiyeon kelu. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

Myungsoo menatap yeoja yang masih menunduk di hadapannya dengan sangat bingung. Jadi… yeoja ini tidak suka padanya? Atau yeoja ini tidak tahu suka atau tidak padanya? Atau… atau…

Myungsoo mengacak-acak rambutnya frustasi.

“Yaa! Baiklah ini jawabanku, aku menolakmu. Aku tidak mau menjadi pacarmu.”

Jiyeon mengangkat wajahnya sambil tersenyum. “Oke,” seperti yang telah diduganya, Myungsoo pasti menganggapnya yeoja gila. “Kalau begitu sekarang lepaskan tanganku. Aku mau kembali ke kantin.”

Mwo? Kumpul bersama para namja seperti tadi? Tidak boleh. Ayo kembali ke kelas.”

“Kau siapa?”

“Aku? Aku Kim Myungsoo.”

Jiyeon menggelengkan kepalanya prihatin. “Maksudku, kau siapaku? Orang tuaku? Bukan. Sahabatku? Cih, tentu saja bukan. Pacarku? Kau baru saja menolakku. Kau tidak berhak mengaturku.”

Perkataan Jiyeon sangat memukulnya. Dia sendiri yang menolak Jiyeon. Ingin rasanya Myungsoo memutar waktu. Dia sendiri tidak habis pikir kenapa dia menolak Jiyeon.

“Tapi aku temanmu.”

“Hanya seorang teman tidak bisa mengaturku.”

Jiyeon benar-benar membuat Myungsoo gila.

*—*—*—*—*

Sesampainya di kelas, Suzy telah menyambutnya dengan rentetan pertanyaan.

“Bagaimana? Berhasil kan? Jadi malam tahun baru kalian mau ke mana?”

Jiyeon menggeleng.

“Dia menolakmu?”

“Eoh. Sudah kubilang kan, dia pasti menganggapku yeoja gila. Bagaimanapun aku sudah menepati janjiku padamu, kau harus tetap ikut pertandingan.”

Suzy mengangguk lemah. Dia menatap Jiyeon dengan khawatir.

*—*—*—*—*

“Aku yakin Jiyeon menyembunyikan sesuatu,” ujar Myungsoo sambil mengerjakan pr matematika tadi siang.

“Itu tidak penting. Kau… bagaimana bisa kau menolak Jiyeon?”

Di hadapan Myungsoo, Jongin dan Sehun duduk bersila sambil melipat tangannya. Siap menghakimi sahabat mereka ini.

“Kau orang terbodoh yang pernah aku kenal,” ujar Sehun. “Kenapa otakmu hanya kau pakai di sekolah?”

Jongin tidak habis pikir dengan Myungsoo. “Sampai kapan kau mau menyangkal perasaanmu?”

Myungsoo mencoba membela diri. “Tapi dia tidak menjawab saat ku tanya dia suka padaku atau tidak.”

“Tapi kau suka padanya kan?”

Myungsoo berhenti menulis dan menutup buku matematika di hadapannya dengan keras. “Iya! Iya aku memang menyukai Jiyeon. Tapi aku merasa egois jika aku menjadi pacarnya hanya karena aku menyukainya, sementara dia tidak pasti suka padaku atau tidak.”

Jongin melempar Myungsoo dengan penghapus karet kecil. “Pabo-ya, yang mengajakmu pacaran itu Jiyeon. Entah suka atau tidak suka, berarti dia tidak keberatan pacaran denganmu.”

Myungsoo sadar Jongin benar. Bodoh, kenapa dia tidak berpikir seperti itu?

“Jongin-ah, Sehun-ah… aku harus bagaimana?” rasa sesal benar-benar menyerang Myungsoo.

“Kau nyatakan saja perasaanmu padanya.”

Sehun teringat sesuatu. “Jongin-ah, bukannya tadi Hyunwoo bilang dia akan…”

Wae? Hyunwoo? Lee Hyunwoo? Aktor sekolah kita yang main drama ‘God of Study’?” tanya Myungsoo.

Sehun mengangguk.

“Hyunwoo kenapa?”

“Hyunwoo akan mengajak Jiyeon tahun baruan bersama. Besok kan sudah tanggal 31 Desember,” jawab Jongin lemas. “Aku tidak tahu Hyunwoo sudah memberi tahu Jiyeon atau belum.”

“Dia tidak takut pada skandal?”

“Dia telah menyukai Jiyeon sejak kelas satu SMA. Dia selalu ragu untuk mendekati Jiyeon karena profesinya sebagai artis. Ku rasa Hyunwoo benar-benar menyukai Jiyeon. Dan kini dia sudah memantapkan diri menerima segala resiko.”

Ingin rasanya Myungsoo memastikan pada Jiyeon, tetapi sekarang sudah lewat tengah malam. Jiyeon pasti sudah tidur.

Myungsoo benar-benar merasa gila.

*—*—*—*—*

“Halo?”

“Jiyeon-ah, kau belum tidur? Ini sudah lewat tengah malam.” Suzy mulai mengomel di seberang telpon.

“Kau… sudah tahu ini lewat tengah malam, buat apa meneleponku?”

“Maafkan aku, Jiyeon-ah. Aku tidak bisa menemanimu malam tahun baru besok. Selama dua minggu ke depan aku harus tinggal di mes bersama anak-anak basket untuk mempersiapkan turnamen.”

Jiyeon tersenyum. “Arasseo, yaaa.. gwaenchana.”

Jiyeon merasakan dingin di tengkuknya. Dia melihat ke sekeliling kamar. Hanya ada dia sendiri.

“Halo? Jiyeon-ah? Kau tidak mendengarkanku?”

“…”

“Jiyeon-ah?”

“Eoh, Suzy-ah? Kau bilang apa?”

“Kau mengantuk ya? Tidurlah, akan ku tutup tel-“

“Jangan!”

Wae? Wae? Kau kenapa?

Suzy pasti menertawakannya kalau dia bilang dia ketakutan sendirian di kamar. Akhir-akhir ini Jiyeon sulit tidur. Dia selalu merasa ada seseorang yang mengawasinya.

“Ehm… aku mau menceritakan sesuatu padamu.”

“Apa?”

“Hyunwoo tadi meneleponku. Dia mengajakku malam tahun baruan bersama.”

“Hyunwoo yang mana?”

“Lee Hy-“

“Lee Hyunwoo? LEE HYUNWOO?!?”

Jiyeon menjauhkan ponsel dari telinganya. “Tidak usah heboh begitu, kau mau sahabatmu tuli?”

“Hehehe… maaf, Jiyeon-ah. Lalu bagaimana? Kau terima ajakannya?”

“Tidak.”

Jiyeon kembali merasakan angin berhembus di tengkuknya.

Waeeee?”

“Aku tidak mau membuat masalah sebelum pergi. Aku tidak mau namaku muncul di media hanya karena bersama Hyunwoo.”

Terdengar desahan nafas Suzy di seberang. “Kau tidak akan pergi. Sekarang kau sedang apa? Tunggu, jangan menjawab kau sedang teleponan denganku.”

Jiyeon tertawa. “Aku sedang melanjutkan bucket list-ku.”

*—*—*—*—*

Myungsoo tidak bisa tidur semalaman. Dia tidur tapi seperti tidak tidur. Pikirannya tidak tenang. Tak hentinya dia merutuki dirinya sendiri. Merutuki kebodohannya.

Di melihat jam di ponsel. Setengah enam pagi. Terlalu pagi kah untuk menelepon Jiyeon?

Myungsoo mengurungkan niatnya. Dia tidak ingin mengganggu Jiyeon yang mungkin masih tidur.

Hampir setiap lima menit dia mengecek ponselnya.

Arrggh, masih terlalu pagi.

“Myungsoo-ya?”

“Eoh, eomma, wae?”

“Eomma akan membuat kue. Nanti kalau sudah jadi, bisa kau antarkan ke rumah nenek? Kau hari ini tidak ada acara kan?”

Myungsoo berusaha mengingat-ngingat. Tiga bulan yang lalu nenek dari appa-nya meninggal. Kalau begitu yang dimaskud eomma-nya adalah nenek dari pihak ibu. Dan kalau tidak salah rumahnya di dekat pantai yang lokasinya cukup jauh dari rumahnya.

Jika dia berangkat sekarang, dia akan kembali di rumah pukul 7 malam. Berarti setelah itu dia masih bisa bertemu Jiyeon. “Baiklah eomma, sini, aku berangkat sekarang.”

“Eomma masih mau membeli bahan-bahannya, Myungsoo-ya.”

“Mwo? Lalu kapan kuenya jadi?”

“Nanti siang, jadi kau bisa sampai di sana sebelum matahari terbenam.”

“Eommaa… kalau begitu aku akan kembali ke rumah sekitar jam dua malam.”

“Kau menginap saja di rumah nenek. Eomma tidak mau kau naik motor malam-malam.”

Motor? Bukannya dia dilarang naik motor lagi?

“Mobilnya ke mana?”

“Mobilnya akan dipakai eomma dan appa. Nanti malam kita mau ke Busan, teman ayahmu meninggal.”

Myungsoo tidak bisa menolak permintaan eomma-nya. Jarang-jarang eomma meminta tolong padanya. Sebagai anak tunggal, orang tua Myungsoo cukup protektif padanya.

“Baiklah.”

Pupus sudah harapannya untuk bersama Jiyeon.

Myungsoo memutuskan untuk tidur karena nanti dia akan menempuh perjalanan cukup jauh. Dia tidak ingin mengantuk saat menyetir.

*—*—*—*—*

Myungsoo membuka helmnya. Dia memandangi rumah berpagar merah di hadapannya. Rumah itu terlihat sepi.

Pasti Jiyeon telah jalan bersama Hyunwoo, batin Myungsoo.

Masih di atas motornya, Myungsoo memandangi rumah Jiyeon lekat. Seolah Myungsoo ingin berpamitan bahwa dia akan menginap ke rumah neneknya, dan dia ingin mengatakan ‘have fun dengan Hyunwoo’ kepada Jiyeon.

Nuguseyo?” sebuah suara membuyarkan lamunan Myungsoo. Dia menoleh ke arah suara tersebut.

“Park Jiyeon?”

Myungsoo kaget mendapat Jiyeon tengah berdiri di samping motornya. Yeoja itu hanya memakai celana pendek hitam dan kaus putih yang agak kebesaran. Di tangannya memegang plastik yang entah berisi apa.

“Kau dari mana, Jiyeon-ah?”

“Membeli es krim. Tunggu, harusnya aku yang bertanya lebih dulu padamu. Kau sedang apa di depan rumahku?”

“Kau tidak bersiap-siap?”

“Ha? Bersiap-siap ke mana?”

“Tahun baruan dengan Hyunwoo?”

Ups. Myungsoo keceplosan. Dia tidak bisa menutup rasa penasarannya.

Jiyeon mengernyit. Bagaimana Myungsoo bisa tahu kalau Hyunwoo mengajaknya jalan? Pasti Suzy yang memberi tahunya.

“Tidak,” jawab Jiyeon singkat.

Ingin rasanya Myungsoo meloncat kegirangan. Kalau begitu dia ada kesempatan bersama Jiyeon.

Tapi kebahagiannya berlangsung sesaat. Dia melirik tas kertas berisi kue untuk neneknya.

“Kau tidak mau minggir? Aku mau masuk rumah.”

“Jiyeon-ah, kau mau ikut? Aku harus mengantarkan kue ini ke rumah nenekku,” ajak Myungsoo spontan. Dia tidak ingin menyesal lagi. Meskipun Jiyeon menolak, setidaknya dia sudah mengajaknya. “Tapi tempatnya cukup jauh, dekat pantai di daerah-”

“Pantai?” mata Jiyeon membulat mendengar kata ‘pantai’. Tanpa pikir panjang Jiyeon langsung mengiyakan. Kali ini Myungsoo tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Dia tertawa riang.

*—*—*—*—*

Sekitar lima belas menit kemudian Jiyeon keluar dari kamarnya.

“Ayo,” ajak Jiyeon.

“Jiyeon-ah…”

“Wae?”

“Aku lupa memberitahumu. Aku akan menginap di rumah nenekku. Jadi kalau kau ikut denganku-“

Jiyeon menatap Myungsoo kesal. Yeoja itu kembali masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Jiyeon keluar lagi.

“Ayo.”

“Barusan kau…”

“Ah, barusan aku mengambil beberapa baju ganti. Kau bilang kita akan menginap kan?”

Myungsoo masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

“Satu lagi, Jiyeon-ah.”

“Apa lagi?”

“Kau ada helm?”

“Huh. Ada. Ayo cepat, Myungsoo-ya. Aku tidak sabar ingin melihat pantai.”

Rengekan Jiyeon membuat Myungsoo gemas. Untuk pertama kalinya dia mendengar rengekan yeoja ini. Myungsoo bahagia. Sangat bahagia.

*—*—*—*—*

Senyum tidak lepas dari bibir Myungsoo di sepanjang perjalanan. Pasalnya Jiyeon melingkarkan tangannya erat pada Myungsoo.

Mereka tidak banyak bicara di perjalanan. Myungsoo terlalu nervous untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu. Sementara Jiyeon, sudah tidak lama dia tidak jalan-jalan seperti ini. Apalagi naik motor. Jiyeon terlalu sibuk menikmati pemandangan yang ada.

Myungsoo mematikan mesin motornya. Jiyeon pun melepaskan lingkaran tangannya. Kalau dipikir-pikir sudah cukup lama dia tidak main ke rumah neneknya. Tidak ada yang berubah dari tempat itu.

“Kau sudah datang?” Neneknya keluar rumah begitu mendengar suara motor Myungsoo.

Myungsoo menghambur memeluk neneknya. “Halmeoniiii. Maaf aku baru sempat datang ke sini.”

Kalau tidak berkat suruhan eomma nya pun, Myungsoo tidak akan berpikiran untuk mengunjungi neneknya. Ah, aku cucu macam apa.

Annyeonghaseyo,” Jiyeon menyapa nenek Myungsoo dengan sopan.

Senyum penuh arti mengembang di wajah nenek Myungsoo.

“Dia Jiyeon, halmeoni. Park Jiyeon. Dia orang yang kemaren habis kutolak. Hahahaha.”

“Ya! Kim Myungsoo!”Jiyeon mengepalkan tangannya geram. Namun Jiyeon sadar dia sedang tidak di sekolah. Dia merasa sungkan pada nenek Myungsoo. “Maaf, halmeoni.”

“Aigoo… benarkah? Cucuku bodoh sekali menolak yeoja seperti nak Jiyeon. Ya sudah, ayo masuk.”

Ne, halmeoni,” Jiyeon meleletkan lidahnya puas pada Myungsoo.

*—*—*—*—*

Pantai lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena nanti malam pergantian tahun.

Jiyeon dan Myungsoo berjalan beriringan menyusuri bibir pantai.

“Kau puas membuka aibku di depan nenekmu?” serang Jiyeon.

“Menembakku… kau anggap hal itu aib?”

“Tentu saja.”

Myungsoo menendang air laut di sekitarnya hingga menciprati Jiyeon. “Ya! Park Myungsoo! Kau…”

Kekesalan Jiyeon tertunda oleh matahari terbenam yang sangat indah. Hal ini pertama kalinya bagi Jiyeon.

Gomawo, Myungsoo-ya.”

“Jiyeon-ah, aku mau menunjukkan sesuatu padamu.”

“Apa?”

“Cara menembak dengan benar. Dengarkan baik-baik.”

“Eh?”

Myungsoo mengumpulkan seluruh kekuatannya. Seluruh keberaniannya.

“Park Jiyeon. Aku… suka padamu.”

Jiyeon hanya diam.

“Jiyeon-ah, aku suka padamu. Sangat suka,” ulang Myungsoo. Dia menatap mata bening Jiyeon dengan mantap. Dia ingin menunjukkan keseriusannya. “Kau… kau mau jadi pacarku? Hmm?”

Sesuatu yang hangat menjalari hati Jiyeon. Asing. Perasaan ini asing.

“Aku ingin menceritakan sesuatu padamu. Setelah itu kau boleh mengulang tawaranmu padaku.”

Jiyeon mengajak Myungsoo duduk di pinggir pantai. Sambil terus melihat matahari yang terus perlahan tenggelam.

“Sepertinya umurku tidak lama, Myungsoo-ya.”

Mwo?” suara Myungsoo bergetar.

“Percaya atau tidak. Di keluarga ayahku terdapat sebuah kutukan. Tidak ada wanita di keluarga ayahku yang umurnya lebih dari dua puluh tahun.”

Biasanya Myungsoo akan tertawa mendengar kata-kata ‘kutukan’ dan semacamnya. Tapi berhubung ini menyangkut wanita yang disukainya…

“Tahun ini aku akan berusia dua puluh tahun.”

“Jiyeon-ah…”

“Dan minggu lalu aku divonis mengidap kanker lambung…” Jiyeon seperti tidak kuat melanjutkan ucapannya. “Stadium dua.”

Namja di sampingnya tercekat.

Mentari mulai menghilang. Daerah pantai mulai gelap. “Bagaimana? Kau masih mau menawarkannya lagi?”

“Tentu saja. Park Jiyeon, kau mau menjadi pacarku?” tanya Myungsoo mantap.

“Kau gila.”

Myungsoo menarik Jiyeon dalam pelukannya. “Jawablah, Jiyeon-ah.”

“Kau gila, Kim Myungsoo.”

“Kau akan baik-baik saja, Jiyeon-ah. You’ll be okay. Stadium dua masih belum terlalu parah. Sepulang dari sini aku temani kau ke rumah sakit, eoh?”

Jiyeon mengangguk. “Tapi kenapa aku harus sakit saat usiaku akan menginjak dua puluh tahun, Myungsoo-ya? Kutukan itu pasti benar.”

“Kau tidak usah khawatir. Kutukan itu tidak akan terjadi. Aku akan selalu ada untukmu, Park Jiyeon.”

Hati Myungsoo sakit melihat yeoja yang biasanya sangat kuat ini terlihat lemah. Dia bisa merasakan air mata Jiyeon yang membasahi bajunya. Ditepuk-tepuknya punggung yeoja itu.

“Myungsoo-ya. Aku masih tidak tahu bagaimana perasaanku padamu. Tapi aku tidak mau kau pergi dari sisiku.”

Jawaban jujur yang membuat Myungsoo tersenyum. “Kau anggap jawaban ambigumu sebagai ‘iya’, oke?”

Jiyeon mengangguk, masih dalam pelukan Myungsoo.

Angin kembali berhembus di tengkuk Jiyeon. Dingin. Yeoja itu kembali merasa ada yang memperhatikannya. Dia mempererat pegangannya pada Myungsoo.

….. to be continued.

Author’s note:

Masih berantakan. Tapi semoga kalian enjoy bacanya. Ini author buat ditengah-tengah penantian nilai ujian keluar. Pikiran masih ga sepenuhnya fokus hehe.

Thanks for reading, guys! #janganlupatinggalkanjejak :p

Happy new year! GBU! 😀

74 thoughts on “[CHAPTER-PART 2] Everglow”

  1. kutukan,?? emnk ada kutukan aneh kaya gth,, moga ajj kutukan itu ga bner yya,, dan moga ajj myungsoo dan jiyeon akan bersatu,,
    next^^

  2. Kutukan? Apa kutukan itu benar? Dan kenapa jiyeon selalu merasa ada yg mengikutinya? Siapa dia? Berharap hub jiyeon dan myung akan baik2 aja, dan berharap jiyeon jga akan baik2 aja

  3. kerennnn! next part 4 segera eon, ni ff keren bnget, ada yg ngikutin jiyeon terus yah? ada apa sih sama jiyi? penasaran

  4. jadi jiyeon punya penyakit ?.kenapa kayak gini.
    myung kanu setia bgt tetap jadiin jiyeon pacarmu walaupun kamu jiyeon sakit.
    sebenernya kenapa ada yg niup tengkuk jiyeon dan siapa yang selalu perhatiin jiyeon

Leave a comment