* HSF FANFICTION, @jcassie

Only One (Chapter 6)

onlyoneauthor: jcassie
genre: romance, comedy
casts: Kim Jaejoong JYJ, Park Jiyeon T-Ara
additional casts: Choi Minho Shinee, Bae Suzy Miss A, Jung Soojung f(x)
length: chaptered
rating: general

annyeonggg^^ mian lama postnya. author udh g tau lgi mau ngomong apa.__. just check it out!

Di dalam mobil, Jiyeon masih berusaha mengatur tempo pernafasannya. Di sebelahnya, Jaejoong menunduk, merasa bersalah. Jiyeon menghembuskan nafas kuat. “Ayo kita pulang.” Dengan patuh Jaejoong menjalankan mesin mobilnya dan membawa mereka menuju H Apartemen di Myeongdong.

Sampai di depan apartemen, Jiyeon segera melepas seat-beltnya dan turun berniat membuka pintu mobil Jaejoong. Sebelum itu terjadi, Jaejoong menahan tangan Jiyeon. “Mianhae… Jeongmal mianhae… Tadi aku tidak bermaksud….”
“Gwaenchanha. Tolong lepaskan tanganku sekarang.” Jiyeon menjawab setengah malas, malas berhadapan dengan orang ini. Jiyeon segera turun dan berlari masuk ke kompleks apartemennya. Jaejoong menatap punggung Jiyeon yang semakin menjauh. Kau… benar-benar membuat suasana hatiku menjadi tidak nyaman…

——

Akhir pekan akhirnya tiba. Jiyeon menghabiskan hari Sabtunya dengan menemani Jaejoong syuting. Yah… menyebalkan sekali. Di saat kebanyakan orang istirahat dan menghabiskan waktu bersama orang yang dikasihi, ia malah menghabiskan waktu bersama orang yang menyebalkan, cuek, seperti Kim Jaejoong.

Jiyeon kembali meneguk milkshakenyaKetika break, seperti biasa, Jiyeon menyiapkan air minum untuk Jaejoong dan keperluan lainnya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Jiyeon melihat layar ponselnya dan tersenyum melihat nama penelpon. Jaejoong yang sedang meneguk air mineralnya ikut penasaran siapa yang menelpon Jiyeon hingga membuatnya tersenyum lebar seperti itu.

“Yeoboseyo, Minho-ya?”
Hah? Choi Minho? “Aku masih di lokasi syuting…” Jiyeon dengan santainya duduk tenang dan tetap melanjutkan percakapannya. “Ne… Apa kau sudah makan?” Jaejoong menyipitkan mata mendengar percakapan ini. Mereka memiliki hubungan seperti apa sebenarnya? 
“Eoh, arasseo… Aku sudah makan, tenang saja…” Jaejoong memilih minggat secepatnya daripada mendengar percakapan Jiyeon dan Minho. Baru saja ingin mengambil langkah, namun rasa penasaran sepertinya lebih menguasainya sehingga kakinya sulit beranjak dari posisinya. Ia memperlambat jalannya air yang masuk ke kerongkongannya… Agar Jiyeon bisa memahami alasannya masih berdiri di sana.

“Mwo? Besok? Aku bisa… Kau mau menjemputku? Baiklah.. Gomawo, Minho-ya… Ne… Arasseo. Kau juga hati-hati. Sampai bertemu besok,” Jiyeon mengakhiri panggilan teleponnya. Ia menatap layar ponselnya dengan senang. Ia menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk lengkungan senyuman.
Jaejoong yang jengah meletakkan botol di meja dengan keras. Jiyeon sedikit tersentak melihat aksi Jaejoong tersebut. “Neo mwoya? Bisakah lebih pelan? Kau mengagetkan orang lain!”

Jaejoong tampak tidak peduli dan terus berjalan meninggalkan Jiyeon. Apa yang kau pikirkan, Kim Jaejoong??? Untuk apa masih peduli dengan urusannya? Toh, dia hanyalah masa lalu. Jangan peduli pada urusan pribadi orang lain terutama Park Jiyeon…
Jiyeon menggelengkan kepala melihat tingkah aneh Jaejoong. “Dasar orang aneh…”

Setelah menyelesaikan adegan berikutnya, Jaejoong kembali ke arah Jiyeon. Dilihatnya Jiyeon sedang tersenyum lebar sambil mengetikkan sesuatu pada ponselnya. Jaejoong menghampiri meja di sebelah Jiyeon dan berdehem agar mendapat perhatian Jiyeon. Jiyeon tetap konsentrasi pada ponselnya, malah tertawa melihat sesuatu di dalam. Jaejoong masih menahan sabarnya, ia sekali lagi berdehem. Tetap saja Jiyeon tidak memperhatikannya.Jaejoong mendelik kesal. Bisa-bisanya ia diabaikan oleh managernya sendiri….

“Mana minumku?” akhirnya Jaejoong membuka suara. Tanpa memandang Jaejoong, Jiyeon memberikan botol minuman pada Jaejoong sedangkan ia sendiri masih mengetikkan sesuatu di ponselnya dengan tangan satunya. Jaejoong merenggut kesal. Ia penasaran apa yang sedang dilakukan Jiyeon hingga berani mengabaikannya.
“Camilan ku mana?” kata Jaejong lagi. Masih dengan tingkah yang sama, Jiyeon mengambil sebuah kemasan rumput laut dari tas dan memberikannya pada  Jaejoong tanpa menatap wajahnya.

Jaejoong menerima rumput lau tersebut sambil mengumpat. Manager harus memperhatikan artisnya! Dasar Park Jiyeon..
Jaejoong mengunyah rumput lautnya tidak sabaran. Snack rumput laut yang terasa menggugah selera kini tidak berarti apa-apa lagi baginya. Ia meletakkan snack tersebut di meja. “Tolong rapikan penampilanku,” pinta Jaejoong setengah memerintah.

Jiyeon masih dengan berkonsentrasi pada ponselnya, menjawab, “Kau sudah dewasa. Rapikan sendiri.” Kali ini Jaejoong benar-benar kesal. “Aku tidak membawa cermin untuk melihat penampilanku dan aku terlalu malas untuk berjalan ke ruang rias.” Jiyeon menjawab ringan, “Ada cermin di dalam tasku di meja. Ambillah,”

Tak lama setelah menjawab itu, Jiyeon tertawa terbahak-bahak. Jaejoong benar-benar dibuat kesal dengan tingkah Jiyeon. “Ya, Manager-nim! Artismu butuh bantuan sekarang!” Jiyeon mendelik kesal dan akhirnya meletakkan ponselnya di meja. “Kenapa kau sangat tidak senang melihat orang lain senang?” Jiyeon akhirnya berdiri dan merapikan rambut Jaejoong.
Jaejoong melirik pada layar ponsel Jiyeon yang masih menyala. Ia mendecakkan lidah kesal begitu melihat nama yang tertera di percakapan LINE Jiyeon. Choi Minho.

“Kenapa kau mendecakkan lidahmu?” komen Jiyeon. Ia merapikan dasi Jaejoong. Jaejoong menatap tajam Jiyeon. “Ya, Kim Jaejoong. Kenapa melotot sekarang?” Jaejoong memulai investigasinya. “Apa hubunganmu dengan Choi Minho?” Jiyeon kaget mendengar pertanyaan ini dari Jaejoong. “Apa urusanmu?”
“Jangan-jangan kau mendekatinya karena dia CEO,” tuduh Jaejoong. Jiyeon menatap tajam Jaejoong. “Apa maksudmu mengatakan kalimat itu? Kau kira aku wanita rendahan?”

“Aku tidak mengatakannya. Kau sendiri yang mengatakannya,” balas Jaejoong akhirnya. Mendengar ini Jiyeon berkacak pinggang lalu menghela nafasnya. ‘Dengar, ya. Aku tahu kau tidak memiliki banyak uang sepertimu. Keluargaku tidak sekaya keluargamu. Tapi jangan sembarangan menuduh orang. Kali ini aku masih berusaha bersabar karena kita di lokasi syuting. Lain kali tidak ada kata sabar.”

Jaejoong menantang Jiyeon, “Kenapa tidak sekarang? Apa karena banyak orang? Kau hanya berani jika tidak ada orang?” Jiyeon menarik dasi Jaejoong kuat-kuat hingga membuat Jaejoong sulit bernafas. “Diam dan minta maaf padaku agar melepaskanmu sekarang. Atau dasi ini… akan terus menyiksamu,” titah Jiyeon. Tenaga Jiyeon yang kuat membuat Jaejoong tidak bisa berkata apa-apa. “Le.. le… pas… le.. pas…” pinta Jaejoong dengan segala kekuatan yang dimilikinya.

“Minta maaf padaku.” kata Jiyeon dengan nada dingin dan mengancam. Jaejoong masih berusaha untuk mengumpulkan kekuatan untuk berbicara. Namun, Jiyeon kembali menarik dasi Jaejoong kuat-kuat.  Jaejoong menganggukkan kepala cepat. “Ara, ara, ara… Park Jiyeon, mianhae. Mian sudah berkata seperti itu,” Jiyeon melepaskan cengkeramannya pada dasi Jaejoong dan menepuk-nepuk kepala Jaejoong sambil tersenyum manis. “Anak pintar… Lain kali, jaga ucapanmu sebelum dasi mahal ini… menggantung lehermu disini,”

Jaejoong yang sedang terbatuk-batuk seketika berhenti dari batuknya dan menatap Jiyeon penuh ketakutan. Apalagi melihat Jiyeon yang terus menepuk-nepuk kepalanya sambil tersenyum manis. Gadis ini benar-benar… Tuhan, terima kasih karena dulu aku menceraikannya…

“Ne, algesseumnida! Lain kali aku akan menjaga mulut dan lidahku. Apa yang baru saja kalian lakukan?” Jaejoong menampar pelan mulutnya sendiri berkali-kali. Jiyeon tersenyum puas. “Jangan ganggu aku.”
Jiyeon kembali duduk dan memegang ponselnya. Ia kembali mengulang aktivitasnya yang sempat tertunda. Ia kembali tersenyum sendiri membaca pesan dari Minho.
Jaejoong yang tidak ingin mencari masalah memutuskan pergi pelan-pelan.

“Bahkan bertengkar menjadi momen yang terasa romantis jika dilihat-lihat,” komen Jo Kwon yang sedang mengangkat barang-barang dalam kardus. “Ya, kau benar. Kalau saja aku bukan staffnya, sudah kusebar gosip ini pada media massa dan mereka akan membayarku mahal setelah memberitahukan informasi berharga ini,” gumam Jinri. Jo Kwon menggelengkan kepalanya. “Kau ini… Kenapa yang ada di otakmu hanya ada uang, uang, dan uang?”

————-

Keesokan harinya, pukul 10 pagi Jiyeon sudah siap menunggu Minho di apartemennya. Soojung yang baru bangun menatap heran pada Jiyeon. “Kau mau kemana?” Jiyeon tersenyum menjawab pertanyaan Soojung. “Lusa ibu Minho ulang tahun. Ia memintaku untuk menemaninya mencari kado hari ini,” Soojung tersenyum getir. “Ah geuraeyo? Wah sepertinya menyenangkan. Tak kusangkan progress hubungan kalian cepat juga. Ahhh aku Cupid yang berhasil…” kata Soojung sambil membuka kulkas untuk mencari susu rasa vanillanya. Ia berusaha menyembunyikan senyum pahitnya.

Jiyeon mengangguk. “Dia pria yang baik… Harus kuakui dia tampan. Dia pria yang membuat wanita mudah merasa nyaman,” Soojung kembali tersenyum. “Sudah kubilang dari awal kalau dia pria baik. Cobalah membuka hatimu untuk pria,” Tak lama, bel apartemen mereka berbunyi. Jiyeon dengan semangat menyambut kedatangan Minho lalu mereka berpamitan pada Soojung.

Setelah sendirian, Soojung menertawai dirinya sendiri. “Apa yang kau lakukan, Jung Soojung?” Soojung meletakkan gelas susunya dan menghela nafas berat.
Setelah itu ia kembali masuk ke kamar. Ia mencari laptopnya namun ia lupa dimana ia meletakkan laptopnya. Ia mencari laptopnya dengan panik. Ia juga memeriksa daerah barang-barang Jiyeon. Matanya menangkap sesuatu yang menurutnya menarik. Sebuah kotak berukuran cukup besar berwarna merah yang terletak di balik kumpulan tasnya. Ini baru pertama kalinya bagi Soojung melihat kotak tersebut.

Soojung membuka kotak tersebut dan melihat isinya. Banyak kertas dan juga beberapa tiket bioskop. Di paling bawah ada beberapa lembaran foto lama Jiyeon dengan posisi terbalik semua. Di belakang lembaran foto tersebut ada beberapa tulisan Jiyeon. Soojung mengambil beberapa foto dan membaca kalimat yang tertulis di situ.

Aku benar-benar mencintainya… 14.02.2006
Bersih-bersih di hari libur! 1.08.2006
Gomawo atas kejutannya! Nado saranghae… 7.6.2006

Hal ini membuat Soojung tertarik. Dia tidak menyangka temannya yang setahunya tidak pernah mau tahu urusan pria ternyata pernah menjalin hubungan. Soojung tertawa kecil dan membalik fotonya. Foto pertama adalah foto seorang pria yang tidur begitu pulas. Wajahnya tidak asing…
Foto kedua adalah foto selca Jiyeon dengan latar belakang seorang pria yang memegang vacuum cleaner namun tidak begitu jelas wajah pria tersebut. Dan foto terakhir, foto Jiyeon bersama seorang pria dengan kue ulang tahun di depannya. Jiyeon mengecup pipi pria tersebut dan posisi pria tersebut memiringkan wajahnya, sehingga hanya menampilkan sebagian wajahnya sambil memejamkan matanya dan tersenyum menerima kecupan Jiyeon.

Soojung merasa familiar dengan pria dalam foto-foto tersebut. Entah dimana ia pernah melihatnya…

——-

“Belikan juga bunga! Dimana-mana, seorang ibu pasti senang mendapat hadiah bunga dari anaknya!” kata Jiyeon sambil mencium aroma bunga di sekelilingnya. Minho mengangguk mengerti. “Ahjumma, aku pesan 54 buket bunga dan susun menjadi angka 54. Tolong kirimkan lusa ke alamat …….”
Jiyeon mendengar hal itu dan tersenyum. Ia menyukai ide Minho untuk memberi kejutan pada ibunya. “Sudah selesai! Kajja, kita makan!” Jiyeon mengangguk. “Dimana?” Minho tampak berpikir sejenak. “Aku tahu restoran yang enak. Di dekat Sungai Han ada restoran yang terletak beberapa meter di atas permukaan air sungai. Bagaimana kalau disitu?”

Jiyeon dan Minho masuk ke restoran tersebut. Jiyeon memilih tempat yang dekat dengan dinding kaca dengan pemandangan Sungai Han yang jernih di bawahnya. Setelah menyantap menu utama, Jiyeon memesan waffel sebagai makanan penutupnya. Jiyeon menyantap waffelnya dengan semangat. “Emmmmm neomu mashitda!!!!” Minho tertawa kecil dan terus memperhatikan Jiyeon makan. “Pelan-pelan makannya…” Jiyeon tertawa kecil. “Aku memang begini jika berhadapan dengan waffel,” Minho tertawa dan menggodanya, “Perlu kupesan satu porsi lagi?” Jiyeon membulatkan matanya. “Ya! Kau ini… Imageku sebagai wanita bisa hancur…”

Minho tertawa kecil dan kembali memperhatikan Jiyeon makan. Ia melihat bekas es krim di atas bibirnya. Minho mendekat dan menghapus sisa es krim di atas bibir Jiyeon dengan jempolnya lalu menghisap jempol yang sama. Jiyeon kembali terpana dengan aksi Minho. “Jorok… itu bekas bibirku!”
Minho tertawa. “Justru karena itu!” Pipi Jiyeon bersemu merah. Ia mencubit pipi Minho saking gemasnya. “Kau ini benar-benar!!”

Soojung menyantap makan siangnya. Ia masih berusaha memikirkan sosok pria dalam foto lama Jiyeon.

Di waktu yang sama, Jaejoong dan Suzy menghabiskan akhir pekan dengan berjalan-jalan di pinggiran Sungai Han sambil berpegangan tangan, lengkap dengan atribut penyamaran mereka. “2 hari yang lalu terakhir kali kita bertemu. Rasanya sudah beberapa waktu lamanya tidak bertemu,” kata Suzy. Jaejoong tertawa mendengar ucapan Suzy. Suzy yang kesal mengerucutkan bibir dan memukul-mukul lengan Jaejoong. “Oppa kenapa kau tertawa? Aku mengumpulkan seluruh keberanianku untuk mengatakan itu!”

Jaejoong perlahan menghentikan tawanya. Ia tersenyum lebar. “Kau sangat lucu mengatakan hal itu. Apalagi ekspresimu begitu serius. Kau… berusaha merayuku, ya?” Suzy kaget atas komentar Jaejoong. Ia tidak menyangka Jaejoong berpikir sejauh itu. Untuk seseorang yang belum berpengalaman dalam hal percintaan seperti dirinya, pasti merasa kaget karena pemikiran Jaejoong sampai mengarah ke arah itu.

“Aniyo!!” jawab Suzy. Keduanya kembali melanjutkan langkah dengan ringan. Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu. Di atas sana, dari jarak tempat Jaejoong berdiri, ia melihat Jiyeon yang sedang menyantap sesuatu bersama… Choi Minho. Ia memperlambat langkahnya dan terus menatap ke arah mereka. Dilihatnya Jiyeon yang tertawa lebar bersama Minho. Ia juga melihat Minho dan Jiyeon yang sedang mengambil selca bersama.

Suzy yang merasakan langkah Jaejoong melambat turut melambatkan langkahnya. Ia menarik nafas, berusaha mengumpulkan keberaniannya, dan akhirnya menyandarkan kepalanya pada lengan Jaejoong. Tidak ada penolakan dari Jaejoong, Suzy tersenyum lebar dan merasakan hembusan angin awal musim semi yang masih terasa dingin menerpa wajahnya. Ia melirik ke samping, ke arah Sungai Han. “Oppa, pemandangan hari ini bagus sekali, ya?”

Jaejoong menghela nafas berat. Suzy merasakan itu. “Apa udara terlalu dingin?” Jaejoong tidak menjawab. Merasa tidak diperhatikan, akhirnya Suzy menatap Jaejoong. “Oppa, gwaenchanha?”
Dilihatnya Jaejoong yang terus menatap ke satu titik. Pada akhirnya, keduanya menghentikan langkah mereka. Suzy melihat ke arah pandang Jaejoong. Jiyeon dan Minho berdiri dari kursi dan meninggalkan meja tersebut.

Suzy bingung melihat Jaejoong yang menatap Minho dan Jiyeon dengan intens. “Oppa, apa yang terjadi? Minho dan Jiyeon-ssi… ada apa?” Jaejoong tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum pada Suzy. “Ani. Aku hanya penasaran akan hubungan mereka. Apa kau tahu?” Suzy tampak berpikir namun akhirnya ia menggeleng. “Sepertinya mereka dalam tahapan pendekatan…”

Jaejoong menatap Suzy dengan pandangan tidak percaya. “Apa kau bilang?” Suzy yang semakin bingung dengan reaksi Jaejoong. “Oppa kenapa? Memangnya kenapa kalau mereka menjalin hubungan?” Jaejoong mengusap wajahnya dan tersenyum menenangkan. “Tidak apa-apa, hanya saja Manager-nim kadang tidak konsentrasi bekerja membalas pesan Minho-ssi.” Suzy mengangguk dan tersenyum. “Biarkan saja. Itu biasa terjadi. Aku juga kadang tidak konsentrasi berakting jika memikirkan seseorang.” Jaejoong mengangguk paham. “Oppa, mau naik ferry di Sungai Han?” Daripada Jaejoong sibuk memikirkan hal yang tidak seharusnya ia pikirkan, lebih baik dia mengerjakan kegiatan lain bersama Suzy. “Kajja!!”

Mereka akhirnya terus melanjutkan perjalanan hingga matahari menghilang di ufuk barat.

Soojung sedang mencuci piringnya. Ia masih memikirkan siapa sosok di foto Jiyeon. Tiba-tiba ia ingat sesuatu. Ia mengeluarkan ponselnya dan mencari foto-foto seseorang di salah satu search engine. Merasa mulai menemukan sesuatu, ia kembali ke kamar dan membuka kotak Jiyeon lagi. Maaf karena lancang, Jiyeon-a… Ia memeriksa isi kotak itu dan kaget saat melihat sesuatu. Ige mwoya?

Suzy dan Jiyeon duduk di ferry sambil menyusuri Sungai Han yang cukup panjang. Suzy bersandar di lengan Jaejoong menikmati angin senja yang hangat. “Oppa, sampai kapan kita seperti ini terus?” tanya Suzy akhirnya. Jaejoong menatap Suzy dengan bingung. “Maksudnya?”Suzy menarik nafas panjang. “Sampai kapan kita terikat dalam hubungan tidak jelas ini?” Jaejoong terhenyak. “Suzy-ya…”
“Oppa, nan neomu johahae. Aku benar-benar menyukaimu,”

Minho mengantar Jiyeon sampai di depan pintu apartemennya. “Gomawo atas hari ini, Minho-ya. Mau mampir ke dalam?” Minho menggeleng sopan. “Tidak usah. Terima kasih atas tawarannya,” Jiyeon mengangguk mengerti dan Minho pamit pulang. Jiyeon tersenyum dan masuk ke dalam apartemennya.
Di dalam, Soojung sedang membaca novel sambil bersantai di sofa panjang. “Soojung-a, sudah makan? Aku membawakan fettucini kesukaanmu…” Soojung melepas kacamatanya dan tersenyum. “Terima kasih. Nanti aku akan memakannya,”

Jiyeon menaruh fettucini tersebut di pantry. Ia bergabung bersama Soojung di sofa dan menyalakan TV. “Jiyeon-a, aku ingin bertanya sesuatu padamu..” Jiyeon mengangguk. “Anything, Krys..”
“What kind of relationship did you have in the past with Jaejoong-ssi?”

Jiyeon menoleh ke arah Soojung. “Eh?” Soojung duduk tegak dan menatap mata Jiyeon dalam-dalam. “You’ve to answer my question honestly,” Jiyeon mengangguk. Soojung menarik nafas panjang dan bertanya, “Apa kalian… pernah menikah?”
Jiyeon membulatkan mata mendengar pertanyaan Soojung. Soojung mengulang pertanyaannya sekali lagi. “Apa kalian pernah menikah?”
Jiyeon terpaku di tempatnya, tidak bisa menjawab apapun.

part 6 slese..gomawo sudah mampir membaca.. mian bnyk typo, dsb. don’t forget to RCL. gomawo^^

76 thoughts on “Only One (Chapter 6)”

  1. Hwaaaaa kebongkar deh rahasia nya ><
    'Iyaaa kami pernah menikah, dan sudah bercerai tapi akan segera rujuk' wkwkwkwk
    Itu jawaban jiyeon hahahaaaa
    Aku saking dilema nya ya karena ada minho, aku selalu ngebayangin namja lain bukan minho, karena aku ga tega thorrrr kkkkk

    Lanjut lagi donkk thorrr xD

  2. yee senangx jae cemburu,tp knp hrs ad krist yg menyukai minho.setidakx biar jiyi gak sm jae am minhopun jd.coz q jg minji shipper wkwkwk.duh to gmn reakssi minho kl jiyi pernah nikah ya.

Leave a comment