* HSF FANFICTION, @rach2525

[CHAPTER 1 – I Hate My Sister] The Beginning

image

redvelvs presents..

1st chapter of “I Hate My Sister”. Starring Jiyeon of T-Ara, Myungsoo of INFINITE and Chorong of Apink as the main casts. Haeryung of BESTie, Hyojin (LE) of EXID and Yujin of CLC as the additional casts. Romance, family and school-life genres.

안녕~~ uda ditunggu-tunggu yaa? Hihihi^^ makasih yang uda nunggu author buat nge-post chapter ini^^ first, author mau ngucapin banyak terimakasih buat bestfriend author, @redbaechu, buat bantuan & sarannya~ semoga makin sukses buat FFnya^^)/ second, lots of love for my readers. Without your supports, there will be no me in FF world (: nah sekian ocehan gajelas author, semoga senang sama jalan ceritanya^^ happy reading!

Eonni! Ppalliwa! Aku bisa terlambat kalau seperti ini. Aishh,” seorang gadis berusia 17 tahun berkuncir kuda ini berdecak ringan, menunggu kedatangan sang kakak ke arahnya untuk pergi ke sekolah. “Ya, bisakah kau sabar sedikit? Jiyeon micheoseo,”

—-.

“Apa kubilang, aku telat akibat ulah eonniku. Ah, aku bisa gila karena dirinya,” Umpat Jiyeon sambil menyentakkan kakinya dengan kesal. “Ya, sudahlah, Park Jiyeon tak boleh kekanak-kanakkan. Jiyeon jjang!” Semangatnya untuk dirinya sendiri.

“Jiyeon-a!” Sahut seorang perempuan berambut wavy berwarna coklat. “Oh, Haeryung-a..” balas Jiyeon saat gadis bernama Na Haeryung menghampirinya. “Kau cantik hari ini,” puji Jiyeon terhadap teman dekatnya itu. “Kau bisa saja. Ayo, kita masuk kelas!”

Setelah menaruh tas mereka masing-masing di loker mereka, kedua primadona sekolah ini langsung duduk dibangku mereka masing-masing. Primadona? Ya, tentu saja. Siapa yang tidak kenal Park Jiyeon? Siapa juga yang tak kenal Na Haeryung, anak dari Mentri Luar Negeri yang cantik bak puteri ini? Dan siapa lagi yang tidak kenal Park Chorong, senior dari Yeongrim Hakgyo (SMA Yeongrim) yang menjuarai Olimpiade Sains Internasional 2012?

Kelebihan mereka itulah yang membuat para lelaki tergila-gila dengan mereka. Bukan hanya karena kecantikan, tapi sifat yang mereka miliki itulah yang menjadi daya tarik tersendiri.

—-.

Eoh. Ne, ne.. araseo. Aku akan kesana setelah pulang sekolah,” setelah menutup telepon, Jiyeon segera menyusul Haeryung, Hyojin, dan Yujin menuju kantin. Karena sekolah elit yang sangat bergengsi ini, tentunya kantin sekolah ini bukanlah tempat panas, sempit, dan penuh sesak yang sering kita temui sebagai kantin sekolah. Tempat ini adalah tempat kebanggaan sekolah. Semua makanan disana tersusun rapi di tempat-tempat yang tersedia.

“Ya, siapa yang memakan waktu istirahatmu yang berharga itu?” Tanya Hyojin langsung to-the-point. “Hah?” Tanya Jiyeon tak mengerti. “Iya, maksud Hyojin, siapa tadi yang menelponmu?” Jelas Yujin. “Ah.. oh, eum. S-satu.. ah, satu teman SDku. Tak usah dipikirkan,” dari cara pengucapannya, sudah jelas ada yang disembunyikan. Tapi itu tidak diusik oleh teman-temannya. Mereka sibuk makan hidangan mereka masing-masing. “Aku ambil makananku dulu,”

—-.

“Jiyeon-a, saranghaeyo. Maukah kau menjadi yeojachingu-ku?” Ungkap pria dihadapan Jiyeon dengan tatapan aku-mohon-padamu. Jiyeon tercengang tak percaya. Dalam satu minggu sudah ada 15 orang yang mengajakku untuk menjadi pasangan mereka, batin Jiyeon. Tapi aku harus bagaimana? Aku tak bisa seenaknya menyakiti perasaan mereka dengan mengatakan ‘tidak

Jiyeon menggigit bibir bawahnya. “Maaf, Jinki-ssi.. aku tidak bisa,” ucap Jiyeon dengan nada menyesal yang sengaja dibuat olehnya. “Aku pergi dulu,” Jiyeon ingin sekali pergi dari lelaki bernama Jinki itu. Sudah jelas sekali, Jiyeon tidak nyaman dengannya.

“Akhirnya,” gumam Jiyeon saat ia mulai terbebas dari pria itu. Ia lihat kebelakang dan ia melihat Jinki hendak mengambil langkah menujunya. Jiyeon lari secepat mungkin menuju rumahnya. “Ah, eomma, eotteokhae? Jinjja,”

Akhirnya setelah berbanjir peluh, ia sampai ke rumah. Rumah Jiyeon cukup besar. Dan gelap. Ya, tentu saja. Belum ada yang pulang, karena Chorong akan pergi dengan temannya dan akan pulang pukul 5 sore. Jiyeon melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Pukul 2. Ia menaruh tas sekolahnya di atas lemari baju, tempat biasa ia menaruhnya. Ia memutuskan untuk pergi ke tempat yang sering ia kunjungi.

—-.

Jiyeon menyusuri The Grand Graveyard dengan dua buket bunga di tangannya. Ya, ia pergi ke makam orangtuanya. Sang ayah mati tertembak karena peluru nyasar saat ia menjadi tentara dahulu. Ibunya tertabraj mobil boks.

Ia mencari nama sang ibunda dan duduk di sebelah makamnya. “Eomma, aku datang. Aku merindukan Eomma walau aku tak tahu wajahmu. Hanya dari fotolah aku bisa mengenalmu. Eomma, sebentar lagi aku akan ujian. Doakan aku ya? Terima kasih telah melahirkanku.” Ia mengganti bunga di makan ibu dengan bunga baru yang masih segar. Ia meninggalkan makam ibunya, dan mencari makam sang ayah.

Appa, aku datang. Aku sangat merindukanmu. Hidup ini aku jalani bersama Eonni saja. Kau tahu betapa susahnya itu ‘kan? Terimkasih telah menjadi single-parent yang baik. Aku pergi dulu, ya, Appa.” Ia juga mengganti bunga di makam ayahnya. Ia beranjak pergi untuk pulang karena langit sudah mendung.

—-.

“Aku pulang,” Sahut Chorong. “Eoh, Jiyeon-a, eodiya?”

Eonni? Kau sudah pulang, dan.. oh, annyeonghaseyo, sunbae-nim,” sapa Jiyeon saat ia melihat seorang teman laki-laki kakaknya itu. “Inikah adikmu?” Bisik Myungsoo pada Chorong yang langsung dibalas anggukan oleh Chorong. “Oh, annyeong, Jiyeon-a..”

Sunbae tahu namaku?” Park Jiyeon bodoh! Tentu saja dia tahu, baru saja ia memanggil namamu. Myungsoo mengangguk sambil tersenyum. “Jiyeon-a, ambilkan jus di lemari pendingin untuk Myungsoo,” suruh Chorong. Jadi, namanya Myungsoo? Tampan, batin Jiyeon sambil tersenyum simpul.

—-.

“Aku pulang dulu,”
Ne, annyeongi gaseyo,”
Annyeongi gyeseyo! Besok mau kuantar?”
“Tidak, tidak usah. Appa yang mengantarku.”
“Baiklah.. Jiyeon, mau kuantar besok?”
“Ah.. oh? T-tidak perlu.. Sunbae tidak perlu repot-repot. Aku bisa diantar Appa,”

Mendengar balasan dari Jiyeon, Myungsoo tersenyum. Bahkan tatapan mata Myungsoo pada Jiyeon jauh berbeda dari cara ia menatap Chorong. “Tak apa, aku jadi ada teman ke sekolah,” balas Myungsoo lagi. “Ohya, aku minta nomor telepon-mu,” ucap Myungsoo. Jiyeon tentunya langsung bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia membuka lockscreen ponselnya yang dilindungi oleh password. “Ini,” Jiyeon menyerahkan ponselnya, dan Myungsoo berkata, “nanti aku akan menghubungimu. Jawab ya?” Jiyeon mengangguk ragu.

“Jadi, besok aku jemput ya? Annyeong!” Setelah Myungsoo pergi, hanya Jiyeon dan Chorong yang ada.

Plakk..
Ya! Wae geurae, eonni?” Ucap Jiyeon seraya memegang pipinya. Ia tak mengerti mengapa Chorong menamparnya. Jiyeon merasa bahwa ia tidak melakukan hal yang salah. “Neo micheoseo?! Kau pikir aku bisa tinggal diam?! Bahkan kau mau-maunya diantar oleh Myungsoo. Hah, kau pikir kau siapa?”

Eonni, pelan-pelan. Aku tak mengerti maksudmu,” Jiyeon sungguh tak mengerti keadaannya saat ini. “Kau tak mengerti? Kau tak punya otak? Aku yang menyukai Myungsoo, kenapa kau yang diantar sekolah olehnya? Kau bodoh?!”

Air mata Jiyeon yang sudah menggunung di pelupuk matanya, perlahan mengalir. “Eonni, mianhae.. aku tak tahu kau menyukainya.. mianhae, eonni,” Jiyeon merasa ia yang paling bodoh sekarang. Ia bahkan mulai menanam bibit cinta untuk Myungsoo di hatinya. Ia tak tahu sang kakak menyukainya.

“Aku tak perlu permintaan maafmu. Aku tak butuh. Aku tak ingin melihatmu di depan mataku lagi.” Ucap Chorong pedas dengan menekankan kata ‘di depan mataku’.”Ya, eonni!”

Plakk..
Tamparan kedua tertampar mulus di pipi kanan Jiyeon. “Park Jiyeon, sekarang aku tidak akan mengakui kau adalah adikku. Kau mencuri semuanya dariku. Posisi di keluarga, bukankah itu cukup?! Sekarang kau mencuri posisiku di depan Myungsoo? Kau belum puas? Kau mau aku mati dahulu?”

Flashback: ON

Desember, 1996
Eomma, eomma! Aku mau sepatu sailormoon! Eomma, belikan, belikan!” Rengek Chorong yang berusia 5 tahun itu begitu keluar dari toko sepatu. “Park Chorong! Kau seharusnya berhenti merengek-rengek. Kau tahu eomma sangat lelah mengurusmu? Diamlah, nanti adikmu bangun,” ucap eomma Park lalu mengecup kening Jiyeon kecil yang sedang tertidur di stroller -troli bayi-. “Eomma! Kenapa selalu Jiyeon, Jiyeon, dan Jiyeon?! Apa aku anak tiri?”

“Park Chorong, hentikan!” Bentak eomma Park. “Hiks hiks.. eomma.. hiks.. apa arti aku.. hiks hiks.. bagi eomma? Apa aku.. hiks hiks.. tak sebanding dengan Jiyeon? Hiks hiks..” Chorong tak bisa membendung airmatanya lagi. “Ya sudah, kalau itu maumu, Park Chorong. Kau mau aku anggap sebagai anak tiriku? Itu terserah padamu,”

“Eomma, awas!” Dengan kecepatan tinggi, sebuah mobil boks menabrak eomma Park. Jiyeon yang ada di stroller terselamatkan, karena sempat didorong ke belakang oleh eomma Park sebelum ia tertabrak. Eomma Park terlempar ke seberang jalan dengan darah mengucur dari kepalanya.Eomma, jangan tinggalkan aku.. eomma.. hiks hiks.. jebal, eomma,”

Flashback: OFF

Eonni, hentikan!” Teriak Jiyeon. Ia menutup telinganya. Ia tak mau Chorong membencinya. Terlebih hanya karena lelaki. “Aku akan membalas apa yang telah kau perbuat padaku. Kau harus merasakan penderitaanku. Kau harus siap,”

Eonni! Sudah kubilang berhenti, ya berhenti! Ayolah,” Chorong mendesah menyepelekan. “Ckckck, tidak akan, Park Jiyeon! Kau berani menyaingi aku? Dan lagi, jangan berani menyebutku dengan kata ‘eonni‘. Aku muak. Aku tidak akan luluh mendengar ucapanmu. Kau seharusnya bersiap-siap, karena suatu saat, kau akan menderita sepertiku,”

-TBC-

Uwahh, gimana? Pendek banget ya? Mianae ㅠ.ㅠ tangan author udah kesemutan ngetik mulu >~< tapi di chapter berikutnya panjang kok^^ tenang aja, hehehe.. Ditunggu kelanjutannya, ya? Thankchu~~♥

68 thoughts on “[CHAPTER 1 – I Hate My Sister] The Beginning”

  1. jd krn ntuch chrong ign mbwt jiyi mndrta?
    ck…swdra yg aneh…jht bgt siech tga”y dy mlkukn hal ntuch pda adik’y…mga jiyi bsa tgar n sbr nee…fighting uri jiyi…;)

Leave a comment