@Goldenspazzer

Guest Midnight

l

Guest Midnight

By

Axelle Han © 2015

INFINITE’s Myung-Soo-T-ARA’s Ji-Yeon/ Horror/ Vignette/ General

.

.

“Ji-Yeon memang datang ke rumah Myung-Soo, tapi bukan Ji-Yeon yang itu.”

.

.

.

Kim Myung-Soo sangat anti terhadap hantu. Dalam kata lain, ia takut pada makhluk-makhluk halus itu.

Dan, mungkin, hari ini adalah sebuah hari kesialan yang sungguh tidak ingin diulanginya lagi. Ya, kalau bukan karena perasaan solidaritas, Myung-Soo akan langsung menolak mentah-mentah ajakan menonton film Ouija yang ditujukan Seung-Yoon kepadanya. Dan sekarang, di pukul 23.30 ini, Myung-Soo nyaris tak mampu beranjak dari kasurnya.

Orang tuanya tengah pergi. Rumah besar dan lenggang yang didiaminya pun kosong melompong, bahkan hembusan angin pun enggan lewat. Dentingan jam berukuran raksasa di lantai bawahlah yang menemani Myung-Soo bernapas dalam kesendiran. Suatu berkah yang luar biasa—menyakitkan.

Myung-Soo menenggelamkan kepalanya di bawah gelungan selimut tebal. Keringat membasahi wajah dan seluruh tubuhnya, bukan karena takut, tapi kepanasan. Seharusnya ia menyalakan AC yang teronggok manis di sudut kamar, namun apa daya, Myung-Soo membayangkan akan ada hantu yang duduk di bibir ranjang kala ia membuka selimut. Jadi ia mengorbankan diri untuk berbasah-basahan.

Sekonyong-konyongnya, jantung Myung-Soo berdegup kencang sekali tatkala ia mendengar suara bel di bawah. Ia menimang-nimang, apakah hantu yang bertamu?, tapi pikiran itu segera ditepisnya ketika anggapan kedua orang tuanya pulang melintas ke dalam benak. Jadi, Myung-Soo beranjak, berlari-lari melompati tangga, dan menyambangi pintu dengan perasaan bahagia.

“Ayah! Ibu—”

Ah, bukan. Myung-Soo melebarkan matanya. Ada Ji-Yeon di depannya.

“Ji?” gumam Myung-Soo. Ji-Yeon hanya nyengir. Gadis itu mengenakan daster putih panjang setumit dengan ujung gaun itu berwarna merah. Ji-Yeon tak mengenakan sepatu ataupun sandal, bertelanjang kaki. Tapi wajah gadis itu merona oleh make-up. Benar-benar tidak waras.

“Ada apa bertamu malam-malam begini?”

“Tak ada apa-apa.” Ji-Yeon masih nyengir.

Myung-Soo mengendikkan bahu. Ia menyuruh Ji-Yeon masuk dan duduk di sofa. Ada perasaan lega terbesit di dadanya, ia tidak sendirian.

“Kuambilkan minum, ya?” tawar Myung-Soo. Ji-Yeon mengangguk, tapi bibirnya tak juga berhenti mengulas senyum.

Myung-Soo berniat berjalan ke dapur, tapi kemudian ia berbalik dan memandang Ji-Yeon ragu. “Ji, bisa kau temani aku sekalian?”

“Kau takut hantu, ya?”

“Hmm,” Myung-Soo berdeham gugup, “Sangat.”

“Hahaha, kau ini ada-ada saja.” Ji-Yeon tertawa keras. Ia bangkit dan mengekor Myung-Soo di belakang. Namun, sebelumnya, ia mengatakan sesuatu. Kalimat yang menggelitik telinga Myung-Soo dan mendadak bulu kuduknya meremang.

“Hati-hati, Myung. Sekarang kurasa dia juga tengah bertamu.”

Myung-Soo meraih gelas dari pantri. Ia membuka kulkas dan menuangkan lemonade ke gelas kosong tersebut. Ji-Yeon bersandar pada tembok, lalu Myung-Soo kembali memulai konversasi.

“Kau naik apa ke sini?”

“Mobil.”

“Mobil?”

“Ya.”

Myung-Soo memutar tubuh, dahinya berkerut-kerut. “Tapi tak kulihat mobilmu di depan. Kau memarkirkannya di halaman belakang?”

“Tidak.” Ji-Yeon menggeleng. “Mobilku rusak.”

“Mobilnya rusak? Tapi dia bilang tadi dia naik mobil.” Myung-Soo kembali merasakan hal implisit di sini. Ia menyodorkan lemonade, pada Ji-Yeon dan gadis itu langsung menegaknya sampai habis.

“Dia juga tak memakai sepatu.” Myung-Soo memutar otak. “Dasternya merah di ujung dan agak robek. Dia mengatakan hal yang membuatku bergidik. Sebenarnya ada apa dengan Ji-Yeon ini?”

“Aku mengalami hal buruk, Myung.” Lamunan Myung-Soo buyar oleh ucapan Ji-Yeon.

“Hal apa?” Myung-Soo menoleh, nampak penasaran.

“Saat aku berniat berkunjung ke rumahmu.” Ji-Yeon mengawali ceritanya. “Tadinya tidak ada yang terjadi. Ketika tiba di pertigaan jalan dan lampu merah, hanya aku sendiri di sana. Lantas, ada beberapa pria menyambangi mobilku. Aku tak ingat pasti apa yang dikatakan mereka, tapi pria-pria itu tiba-tiba membuka pintu mobil kasar dan membantingku ke luar.”

Myung-Soo mendengarkan cerita Ji-Yeon, tapi gadis itu malah membelakanginya—seakan ia ingin memberikan kejutan pada Myung-Soo. Aneh sekali. “Setelah itu, mereka mengambil mobilmu?”

“Lebih dari itu!” suara Ji-Yeon naik satu oktaf. “Beberapa dari mereka menarikku entah ke mana, aku lupa sekali. Lalu, salah seorang merobek-robek paksa dasterku dan—”

Dering ponsel memecahkan segalanya. Myung-Soo merogoh benda itu dari celana, lantas menempelkannya ke telinga tanpa melihat siapa yang menelepon.

“Halo? Oh, kau, Jin-Young.”

“….”

“Gawat kenapa?”

“….”

“Apa?”

“….”

“Oh, ba—baiklah.”

Myung-Soo menjatuhkan ponsel. Matanya takut-takut bergulir ke arah Ji-Yeon. Gadis itu sepertinya tahu bahwa Myung-Soo telah memutuskan sambungan, jadi ia melanjutkan ceritanya kembali.

“Mereka memperkosaku bergantian, Myung. Setelah itu, aku dipukul-pukul, perutku dirobek, dan mereka merusak wajahku.”

Hal implisit itu benar-benar terjadi. Kaki Myung-Soo mundur teratur, hingga tubuhnya telah mencium tembok kini.

“Jahat ya, Myung? Aku jadi tak cantik lagi sekarang.”

Ji-Yeon membalikkan tubuh. Matanya yang tinggal sebelah menatap kosong, mulutnya robek sampai ke rahang, wajah lembam penuh luka pukul, daster robek-robek yang memperlihatkan tubuh tanpa busananya, darah yang mengalir dari daerah intim, dan yang paling luar biasa, usus yang menjuntai ke luar dari perut rata menganga itu.

“Benar, bukan?”

Kim Myung-Soo hanya bisa terpaku di tempatnya berada. Kakinya terasa lemas. Ia tak mengingat apapun lagi. Yang ia tahu, ia langsung terbaring pingsan di lantai.

*

“Halo? Oh, kau, Jin-Young.”

“Myung, ada masalah gawat!”

“Gawat kenapa?”

“Ji-Yeon, Myung! Polisi menemukannya tewas mengenaskan! Dia diperkosa lalu di bunuh!”

“Apa?”

“Cepat ke sini! Ah, jangan. Aku takut kau jatuh pingsan nanti.”

“Oh, ba—baiklah.”

Ji-Yeon memang datang ke rumah Myung-Soo, tapi bukan Ji-Yeon yang itu.

—fin

Holaaa! Aku postnya cepet kan?

Ini failed banget sumpah. Jujur, aku gak bakat bikin ff horror. Dan aku juga takut banget sama setan meski udah pernah ngeliat. Mungkin itu alasannya 😀

Oh, ya, ini inspirasinya dari ffnya kak ApreelKwon

Oke, komen ya!

28 thoughts on “Guest Midnight”

Leave a comment