* HSF FANFICTION, @jcassie

Only One (Chapter 12)

onlyoneauthor: jcassie
genre: comedy, romance
casts: Kim Jaejoong JYJ, Park Jiyeon T-Ara
additional casts: Choi Minho Shinee, Bae Suzy Miss A, Krystal Jung f(x)
length: chaptered
rating: general

annyeong… gomawo sudah mnunggu ff abal ini. smg di part ini krsa lbh panjang dan sweet(?) check it out!

Jiyeon mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan, berusaha mengatur intensitas cahaya yang masuk ke matanya. Ia melihat sesosok pria di sebelahnya yang sedang tidur dengan nyamannya. Ketika menyadari siapa pria tersebut, Jiyeon masuk ke dalam selimut dan memeriksa badannya. Pakaianku masih utuh….

Perlahan Jiyeon bangun dari tempat tidurnya. Baru saja ingin beranjak dari tempat tidur, sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Jiyeon merasakan pinggangnya bergetar sekarang. Sudah lama ia tidak merasakan sentuhan sejenis ini. “Lepas.”
Jaejoong menolak. Ia malah semakin menahan Jiyeon. “Oh, ayolah Kim Jaejoong. Aku lapar.”

“Tapi aku tidak.” kata Jaejoong. Jiyeon menyerah, “Kalau begitu biarkan aku ke toilet.” Jaejoong langsung bangun. “Aku ikut!” Jiyeon langsung menggetok kepala Jaejoong. “Dasar mesum! Penculik! Egois! Keras kepala! Arogan! …..”
Jaejoong malah tersenyum lebar. “Sudah selesai marahnya?” Jiyeon terdiam. Ia menatap Jaejoong dengan heran. “Kau kenapa?” Jaejoong tersenyum lembut. “Aku hanya ingin memelukmu.” Mendengar ini tentu saja Jiyeon malu. Jujur saja ia merasa seperti…. terbang? Namun bukan Park Jiyeon namanya jika tidak menjaga harga dirinya.

“Dasar gombal. Kau pikir aku akan termakan rayuan bodohmu itu? Hey, aku Park Jiyeon! PARK JIYEON!” Jiyeon menggembungkan pipinya kesal. Jaejoong menekan salah satu pipinya membuat gembungan pipi tersebut hilang. “Karena kau PARK JIYEON, makanya kau akan terperangkap sekali lagi dalam pesonaku,” Jiyeon tertawa mendengar kepercayaan diri Jaejoong yang terlalu tinggi. “Kau lucu sekali!!”

————-

Hari ini Jaejoong tampak bersemangat mengajak Jiyeon ke Hong Kong Disneyland. Ia bahkan membelikan couple shirt bergambar Mickey dan Minnie Mouse tanpa menggunakan penyamarannya. Ia tidak peduli jika ada yang mengenalinya di sana. Ia sudah siap mengambil resiko untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

“Joongi-ya!! Aku mau foto bersama Mickey oppa!!!” teriak Jiyeon begitu cosplay Mickey melintas di depan mereka. Dengan semangat Jaejoong memotret Jiyeon bersama Mickey. Tak lupa, ia meminta salah seorang turis lain untuk memotret dirinya bersama Jiyeon dan Mickey.

Jiyeon melihat permen kapas besar yang dijual di pinggir jalan. Ia langsung menghampiri penjual tersebut dan membeli satu untuk dirinya dan Jaejoong. “Igeo,” Jaejoong menerima permen kapas tersebut dengan senang hati.
“Joongi-ya, aku dengar disini ada wahana rumah hantu, Mystic Manor. Kita kesana, ya?” Jiyeon membulatkan matanya dan mengedip-ngedipkan matanya pada Jaejoong. Jaejoong terlihat berpikir. “Kau yakin? Aku tidak mau menggendong tubuhmu jika kau melompat ke tanganku. Kau beraaaattttt….”

Jiyeon mencubit pipi kiri Jaejoong dengan gemas. “Justru aku mengkhawatirkanmu. Kau paling tidak tahan jika melihat hantu dan sejenisnya.”

“WAAAAAAAAAA!!!!!!!”
Keduanya malah teriak bersama ketika mata lukisan Lord Henry Mystic bergerak dan melotot pada mereka. Ditambah lagi musik seram dan gelap serta hawa-hawa dingin dan sesuatu yang seperti menarik mereka dari belakang memperkeruh suasana. Walaupun mereka duduk dalam kereta, hanya saja imajinasi mereka yang kelewat batas membuat mereka merasa was-was. “Katanya kau berani!” bentak Jiyeon. Jaejoong mendelik kesal. “Aku berani hanya saja ini mengagetkan! Bukannya kau yang mengajak kesini? Kenapa kau sendiri yang takut?”

Jiyeon menjitak kening Jaejoong. “Aku teriak karena kau teriak, bodoh! Sekarang diamlah dan nikmati perjalanmu!”

Di luar mereka masih saja memperdebatkan hal sepele di dalam. “Kau ini pria tapi penakut.” komen Jiyeon. Jaejoong tidak terima dipanggil seperti itu. “Kau yang penakut! Kau berisik sekali!”
Ketika masih berdebat, tiba-tiba ada beberapa orang yang diam-diam mengambil foto mereka dari belakang. Jiyeon mulai mendengar ada suara jepretan kamera dari belakangnya. Ia berbisik pada Jaejoong. “Joongi-ya, lepaskan pegangan tanganmu… Di belakang… Aku mendengar suara kamera…”

Mendengar hal ini, Jaejoong justru makin mempererat  genggamannya. Jiyeon menoleh dan melotot pada Jaejoong. “Tidak peduli. Intinya kau bersama denganku.” Jiyeon tertegun mendengar ucapan Jaejoong. Sebegitu inginkah pria ini bersama denganku? 

Keduanya melanjutkan perjalanan ke Jungle River Cruise. Mereka duduk membaur bersama wisatawan lain. Ketika perahu mulai bergejolak, Jaejoong langsung mengambil Jiyeon ke pelukannya dan menahannya supaya tidak basah oleh air dan tidak jatuh. Ketika berada dalam dekapan Jaejoong, Jiyeon bisa merasakan detakan jantungnya bertambah cepat… Namun ia tidak ingin mempercayai itu.

Ketika perahu kembali tenang, Jaejoong bertanya pada Jiyeon. “Apa kau basah?” Jiyeon menggeleng. Ia justru tertawa melihat celana Jaejoong yang basah. “Kau ini… Jika ingin buang air kecil, sebaiknya ke toilet jangan disini!” Jaejoong hanya terkekeh melihat celananya yang basah.

Seorang ibu bertanya pada Jiyeon. “Orang Korea?” Jiyeon mengangguk dan tersenyum pada ibu tersebut. “Annyeonghaseyo,” Ibu tersebut tersenyum lebar. “Kau sendiir?” Jiyeon menggeleng. “Aku datang bersama dia,” sambil menunjuk Jaejoong. Jaejoong dengan cepat menyapa ibu tersebut. “Annyeonghaseyo,” Ibu tersebut melihat Jaejoong dengan seksama. Ia merasa wajahnya tidak asing lagi. “Sepertinya aku pernah melihatmu…”

Jiyeon menatap Jaejoong dengan tegang. Jaejoong malah tertawa. “Ah, geuraeyo? Wajahku memang pasaran,” Si ibu masih tidak yakin namun ia tidak mempersalahkan hal itu. “Kalian sangat romantis. Sudah berapa lama kalian menikah?”
Jaejoong dan Jiyeon saling bertatapan bingung. Mereka jadi salah tingkah. Jiyeon mencoba menjelaskan. “Ahjumma, sebenarnya kami…”
“Kami sudah menikah selama 8 tahun!” Jaejoong mengambil alih menjawab pertanyaan ibu tersebut. Jiyeon memukul lengan Jaejoong dengan kesal. “Yaa!!!”
Ibu tersebut menutup mulutnya. “Wahhh daebak! Kalian pasti menikah di usia yang sangat muda! Bagaimana kalian bisa mempertahankan hubungan kalian?”

Jaejoong dan Jiyeon terdiam. Bagaimana bisa mereka menjawab pertanyaan ini jika mereka sendiri sudah bercerai lama sekali? Ibu tersebut kembali membuka suara. “Untuk apa aku bertanya hal yang sudah pasti. Tentu saja karena ada kasih, kepercayaan, pengertian, dan keterbukaan hati. Aku dan suamiku juga seperti itu selama 15 tahun pernikahan kami,”

Jaejoong dan Jiyeon hanya bisa menjawabnya dengan senyuman kecil.

Seharian bermain di Hong Kong Disneyland, pada senja hari keduanya menuju Victoria Bay dan makan malam bersama di sana. Disuguhi dengan pemandangan arsitektur kota yang memanjakan mata, mereka berdua menikmati makanan dan panorama.
“Ibu tadi benar juga, ya. Sepertinya itu alasan mengapa kita berpisah.” kata Jaejoong dengan santainya. Jiyeon menghentikan makannya sebentar dan menatap Jaejoong. “Ya…. kurasa seperti itu.”

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita melanjutkan hubungan kita?” Jaejoong mulai serius. Jiyeon semakin bingung dengan pengakuan Jaejoong yang tiba-tiba. “Mwoya? Jangan bercanda..”
“Aku tidak bercanda. Maukah kau kembali bersamaku?” tanya Jaejoong. Jiyeon masih sulit menjawab pertanyaan Jaejoong. “Joongi-ya, aku…”
“Jangan jawab sekarang. Saat ini kau pasti kaget.”

Jiyeon tersenyum dan mengangguk. “Kau bahkan membuatku berhenti berpikir tiba-tiba.” Jaejoong tersenyum. “Makan yang banyak! Aku juga harus makan yang banyak agar kita tumbuh semakin besar…. Dan semakin dewasa…..”

Di Korea, kedua ibu berusaha menghubungi anak-anak mereka. Keduanya tidak mengangkat telepon sama sekali. Nyonya Park akhirnya menelpon Soojung untuk menanyakan keberadaan mereka. Soojung menjawab dengan jujur. “Mereka berdua berlibur bersama ke luar negeri tpai aku tidak tahu kemana… Jiyeon mengirim pesan bahwa ia akan kembali dalam 2 hari. Eomeonim jangan khawatir.”

Yang semakin membuat Nyonya Park sakit kepala adalah telepon dari Nyonya Kim. Nyonya Kim mengajak Nyonya Park untuk bertemu.
Keduanya bertemu di sebuah restoran. “Kemana putraku?” Nyonya Park menghela nafas. “Harusnya aku yang bertanya, dimana putriku? Putramu membawanya entah kemana….”

Nyonya Kim kaget mendengar hal ini. “Mworago? Putraku pergi bersama putrimu?” Nyonya Park mengangguk. “Bukankah karena alasan itu kau menelponku?” Nyonya Kim memegangi lehernya yang terasa sakit. Nyonya Park menarik nafas panjang. “Jadi kau baru tahu…”
“Lee Chaerin. Aku benar-benar tidak bisa tahan melihat karier putraku hancur. Kau tahu, bukan, bagaimana sulitnya putraku kembali ‘hidup’ setelah perceraiannya?” Nyonya Kim memanggil Nyonya Park dengan nama aslinya. “Chaerin-ssi, aku juga tahu bahwa putrimu pasti mengalami hal-hal sulit selama ini. Benar, kan?”

Nyonya Park menjawab. “Yoon Eunhye-ssi, kenapa kau tidak mengerti juga?” Nyonya Kim bingung. “Kenapa kau tidak memberikan mereka kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri? Yang sudah lalu biarlah berlalu. Sekarang waktunya menghadapi masa depan. Mereka sudah dewasa, mereka tahu apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri.”

Nyonya Kim menatap Nyonya Park dalam-dalam.

Setelah bersih-bersih, Jiyeon langsung berbaring di tempat tidur. Ia memejamkan mata. Di pikirannya selalu terbayang kalimat Jaejoong.
Jaejoong turut bergabung bersamanya di tempat tidur. Jiyeon berbaring lurus, tidak mau melihat Jaejoong di sebelah kanannya yang senantiasa menatapnya yang sedang memejamkan mata. Ia merasa risih ditatap seperti itu.

“Joongi-ya, jebal jom…” Jaejoong terkekeh. “Ani. Nan neomu joha. Aku suka melihatmu memejamkan mata.”

Jaejoong memeluk pinggang Jiyeon erat-erat. Jiyeon merasa tegang merasakan tangan Jaejoong melingkar pada pinggangnya. “Neo mwoya…”
Jaejoong tidak bergeming. Ia memejamkan matanya dan terus memeluk erat Jiyeon. “Aku ingin bersamamu….”

—————

Soojung datang ke ruangan Minho. Minho menyambutnya dengan senang hati. “Soojung-a, silakan duduk!” Soojung tersenyum melihat keramahan Minho.
“Apa yang membuatmu sepagi ini menemuiku?” tanya Minho dengan ramah. Soojung meletakkan sebuah amplop putih di atas meja Minho. 사직서 / Surat Pengunduran Diri.

“Soojung-a….” Minho memegang surat tersebut dengan sedih. Ia melihat ke arah Soojung. Soojung hanya membalasnya dengan senyuman kecil. “Aku harus kembali ke Amerika. Orangtuaku, eonniku, keluarga ayahku semua disana. Mereka juga sudah menunggu kedatanganku. Eomma dan appa memiliki butik di sana dan mereka ingin aku membantu eonniku mengurus butik.”

Seketika Minho merasa hatinya… sakit? Minho tersenyum getir. “Kenapa tiba-tiba?” Soojung terkekeh. “Sudah setahun mereka memanggilku untuk pulang. Awalnya aku datang ke Korea untuk berlibur dan mengunjungi kakek dan nenek dari pihak ibu, namun aku jadi tinggal disini selama 5 tahun terakhir.”

Minho menatap Soojung dengan sendu. “Haruskah kau… pergi?” Soojung mengangguk. “Geureom! Aku takut pada ibuku jika marah. Aku harus menurut kali ini….” Soojung menarik nafas panjang sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. “Tanpaku, ada Jiyeon yang selalu bersamamu. Jangan patah semangat mengejar cintamu….” Minho merasa kata-kata tersebut ditujukan untuk diri Soojung sendiri dari pada dirinya. “Soojung-a, mian….”

“Gwaenchanha. Apa yang harus dimaafkan? Tidak apa-apa jika kau tidak bisa membalas perasaanku. Aku tidak memaksamu. Terima kasih karena telah diberi kesempatan berteman denganmu… Karena telah menyukaimu, aku bisa merasakan banyak hal,” Soojung menarik nafasnya. Ia merasa tarikan nafasnya kali ini lebih berat daripada biasanya.

“Kapan…. kau berangkat?” tanya Minho. Soojung tampak berpikir. “Sebenarnya aku belum memesan tiket. Namun pasti secepatnya.” Minho menatap surat pengunduran diri Soojung lekat-lekat. Soojung bangkit lalu membungkuk. “Besok aku akan membereskan barang-barangku dari kantor. Terima kasih atas perhatian Sajangnim. Selamat pagi,” Soojung keluar dari ruangan Minho. Di luar, ia bersandar pada dinding dan memegang dadanya yang terasa sesak. Dasar Jung Soojung…. Kau pengecut sekali.

Minho memegang erat surat pengunduran diri Soojung. Rasanya berat untuk melepas Soojung… Tapi di sisi lain ia juga tidak bisa mempertahankan Soojung. Ia hanya bisa meremas amplop tersebut dengan perasaan campur aduk.

Jiyeon dan Jaejoong menumpangi sky term di Ngong Ping. Mereka menaiki gondola dengan crustal cabin dimana lantai dalam sky term tersebut transparan sehingga memperlihatkan pemandangan hutan asri Hong Kong. Jiyeon terus menatap ke bawah dengan terpesona. “Daebak…. daebak…”
Diam-diam, Jaejoong memotret ekspresi Jiyeon yang sangat terpesona hingga mulutnya terbuka lebar. Tentu saja Jiyeon tidak merasakan jepretan kameranya karena ia terlalu serius memperhatikan pemandangan di bawahnya. “Joongi-ya!!! Aku melihat kera bergelantungan di hutan itu!!! Itu, disitu!!” Jiyeon menarik-narik lengan Jaejoong untuk melihat ke bawah. Jaejoong menurut dan tertawa. “Wah daebak! Jujur saja ini baru pertama kalinya aku melihat kera secara langsung!”

Jiyeon tidak percaya. “Jinjjayo? Apa kau tidak pernah ke kebun binatang?” Jaejoong menggeleng. “Aku tidak mau melihat kumpulan Park Jiyeon disana. Nanti aku cepat bosan pada Park Jiyeon.” Jiyeon kesal dan mencubit lengan Jaejoong pelan. Jaejoong tertawa melihat reaksi Jiyeon.

Jiyeon terus melihat pemandangan hutan di bawahnya. Tiba-tiba matanya terpaku melihat tulisan-tulisan yang ada di jalan setapak di hutan. Jiyeon menelusuri tulisan tersebut satu per satu. Jaejoong dengan gugup menunggu reaksi Jiyeon. Ketika sudah sampai di tempat tujuan, akhirnya ia bisa merangkai kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat.
PARK.
JIYEON.
SARANGHAE.
JEONGMAL.
SARANGHAGO.
WILL
U
MARRY
ME
AGAIN?

Jiyeon menatap Jaejoong tidak percaya. Jaejoong sendiri menggaruk-garuk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal tersebut. “Kim Jaejoong….”
Jaejoong berdehem untuk meredakan kegugupannya. “Aku mencintaimu. Lebih baik kehilangan pekerjaanku dari pada kehilanganmu. Aku sudah kehilanganmu sekali, dan aku tidak mau kehilanganmu lagi.”

Jiyeon turun dari gondola dengan kondisi masih terkejut. Ia tidak menyangka Jaejoong akan melamarnya lagi dengan cara seperti itu. Jaejoong terus menuntun tangan Jiyeon untuk berjalan bersamanya.

Di Korea, wartawan mulai membahas masalah Suzy dan Jaejoong. Mereka mengira hubungan Suzy dan Jaejoong tidak berjalan dengan baik. BAE SUZY DAN KIM JAEJOONG PUTUS. BAE SUZY: “KAMI TIDAK PERNAH BERPACARAN”. SUZY ‘DIGANTUNGKAN’ JAEJOONG. 

Suzy juga melihat berita yang menampilkan foto-foto Jaejoong yang berada di Hong Kong. KIM JAEJOONG DAN GADIS MISTERIUS. KIM JAEJOONG BERLIBUR HARI INI! CINTA SEGITIGA KIM JAEJOONG-BAE SUZY-GADIS X.

Suzy sendiri tertawa melihat pemberitaan tersebut. Ia hanya bisa menertawakan berita-berita tersebut. Di saat seperti ini, ia butuh Kim Jaejoong untuk menemaninya, namun apa daya. Jaejoong tidak bisa dihubungi. Suzy hanya dapat tersenyum miris. Ia menatap layar ponselnya. Ia menggunakan foto mereka berdua sebagai wallpaper.

Setelah puas berjalan-jalan di sekitar Giant Buddha Temple di Ngong Ping, Jiyeon dan Jaejoong kembali ke Hong Kong City dan berwisata film. Mereka menelusuri lokasi-lokasi yang sering digunakan dalam film action yang dibintangi Jet Li, Jackie Chan, dan Bruce Lee. Salah satunya adalah escalator yang paling sering digunakan dalam film Jackie Chan. Mereka menaiki escalator terpanjang di dunia, 2 kilometer. Keduanya kembali mengabadikan momen-momen ini dalam foto.

Escalator ini terasa berjalan lambat. Namun Jiyeon kembali harus dibuat terpana pada tulisan yang tiba-tiba muncul di lantai escalator.
EOTTE?
PARK

JIYEON
SARANGHAE.

I LOVE YOU.
ICH LIEBE DICH.
WO AI NI.
WILL
U
MARRY
ME
AGAIN?

Pengguna escalator lainnya yang melihat hal ini bertepuk tangan. Tak hanya pengguna escalator, bahkan pejalan kaki di luar escalator yang melihat hal ini juga bertepuk tangan dan bersiul. Jiyeon hanya bisa menutup mulutnya saking kagetnya. Jaejoong segera memeluk Jiyeon. “Saranghae….”

Dari jarak sedekat ini, ia kembali merasakan denyut jantungnya yang berdetak lebih cepat.
Aku jatuh cinta lagi. Pada orang yang sama. Kim Jaejoong.

———-

Night

Jiyeon dan Jaejoong berkemas untuk kepulangan mereka besok ke Korea. Mereka tak banyak bicara. Jaejoong merasa tidak nyaman dengan suasana seperti ini. Ia memutuskan untuk membuka percakapan duluan. “Jiyeon-a, apa barang-barangmu sudah siap?” Jiyeon membalasnya dengan anggukan.

“Kenapa kau mengacuhkanku? Apa karena kejadian tadi siang?” tanya Jaejoong. Jiyeon menggeleng. “Ani. Aku hanya lelah.” Jiyeon selesai berkemas dan segera berbaring di tempat tidur. “Aku mau istirahat. Selamat malam, Kim Jaejoong.”
Jiyeon berbaring menyamping dan memejamkan matanya. Tak lama setelah itu, Jaejoong turut bergabung di atas tempat tidur dan memeluk Jiyeon dari belakang. Ia juga menyandarkan kepalanya pada punggung Jiyeon. Jiyeon memilih tidak berontak. Ia tampak memikirkan sesuatu.

Jiyeon terbangun duluan di pagi hari. Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya total. Ia melihat ke arah Jaejoong yang masih tertidur seperti bayi. Ia terus memperhatikan Jaejoong. “Jadi seperti ini Kim Jaejoong kita…” Ia mengelus rambut Jaejoong. “Joongi-ya…”

Selesai check-out hotel, keduanya langsung menuju bandara. Di bandara ia menunggu di ruang tunggu Korean Air. Kembali, beberapa orang memotret keduanya namun Jaejoong tidak bergeming. Jiyeon menutup wajahnya agar tidak terlalu terlihat. Jaejoong melindungi Jiyeon dengan jaketnya, sedangkan ia sendiri terlihat oleh banyak orang.

Di dalam pesawat, Jiyeon lebih banyak membaca majalah daripada mengajak Jaejoong berbicara. Jaejoong mulai tidak sabar. “Mengapa kau harus mengacuhkanku?” Jiyeon menutup majalahnya dan menatap Jaejoong dalam-dalam. “Mengapa kau melakukan hal itu tadi? Mengapa melindungiku sedangkan kau sendiri belum bisa menjaga dirimu?”
Jaejoong tersenyum. “Tentu saja karena aku menyukaimu.”

“Kau masih tidak tahu juga? Karier yang sudah susah payah kau bangun selama ini berada di ujung tombak. Mengapa kau semakin mendekatkannya pada kejatuhan?” kata Jiyeon. Jaejoong tersenyum. “Karena ada kau disini.” Jiyeon mulai kesal. “Ini bukan waktunya untuk menggodaku. Kumohon, jangan bersikap seperti ini. Aku tahu kau sangat sedih kehilangan pekerjaanmu nantinya. Aku bisa melihat kau benar-benar menyukai pekerjaan ini, Jaejong-a….”

“Jiyeon-a…..” pinta Jaejoong dengan memelas. “Jangan seperti ini. Jangan membuat kariermu jadi taruhannya karena….. Karena aku tidak ingin memulainya bersamamu lagi, Kim Jaejoong.” Jaejoong tersentak mendengar jawaban Jiyeon. “Jiyeon-a… Kumohon pikirkan baik-baik…”
“Aku sudah memikirkannya dengan baik-baik. Aku tidak ingin kembali bersamamu….” Jiyeon menahan air matanya mengucapkan hal ini. Jaejoong frustrasi. “Oh, ayolah, Park Jiyeon. Kenapa harus seperti ini? Kenapa kau membohongi perasaanmu sendiri?”
“Aku tidak berbohong! Inilah perasaanku padamu yang sesungguhnya. Aku… tidak ingin bersama denganmu….” Jaejoong masih tidak percaya. Ia tersenyum miris. “Apa ini? Apa alasannya kau tidak ingin memulainya kembali bersamaku?”

“Mudah saja. Karena aku tidak merasakan perasaan apa-apa lagi padamu.” jawab Jiyeon. Jaejoong mengacak-acak rambutnya kesal. “Kau berbohong!” Jaejoong langsung menuduh Jiyeon berbohong. Jiyeon mendesah frustrasi. “Kenapa kau tidak percaya padaku?” tanya Jiyeon. Jaejoong kesal. “Kau jelas memiliki perasaan yang sama denganku…”

Jiyeon masih menyangkal. “Jangan berspekulasi sendiri. Aku…. tidak menyukaimu. Aku hanya menganggapmu sebagai teman dan rekan kerja.”

Keduanya terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Jaejoong memilih menyalakan layar TV dan menonton film yang tersedia dan mengenakan headphone. Ia tidak ingin mendengar apa-apa sekarang. Jiyeon sendiri menatap jendela sambil menahan air mata. Ini yang terbaik untuk kita, Kim Jaejoong….

Ketika mereka sampai di Korea, beberapa penumpang mulai keluar dari pesawat. Ketika seorang penumpang hampir menyenggol Jiyeon, Jaejoong langsung memeluk Jiyeon untuk menghindari orang tersebut. Singkat sekali. Sekitar 3 detik setelah itu Jaejoong melepas pelukannya dan kembali berjalan. Jiyeon hanya menatap punggung Jaejoong yang menjauh dengan perasaan campur aduk.

Selepas mengurus imigrasi, tetap tak ada perbincangan antara keduanya. Soojung sudah menjemput Jiyeon di bandara. Soojung sendiri sebenarnya heran mengapa Jiyeon memintanya menjemputnya namun begitu melihat keduanya keluar dari dalam bandara dan langsung berpisah, Soojung merasakan sesuatu yang tidak beres.

“Jiyeon-a, wae geurae?” tanya Soojung khawatir. Jiyeon menitikkan air matanya namun dengan sigap Soojung menghapusnya. “Wae? Apa liburanmu tidak menyenangkan?” Jiyeon mengangguk. Soojung mulai paham kemana arah pembicaraan ini. “Kita ke mobil dulu lalu bercerita.”

Setelah menceritakan semuanya pada Soojung, Jiyeon menangis. “Aku benar-benar mencintainya….. Krys, eotteokhae? Aku baru menyadari kalau ia benar-benar berharga untukku…. Soojung-a….” Soojung turut meneteskan air matanya. Ia memeluk Jiyeon erat. “Uljima…. uljima…. Kadang-kadang ada sesuatu yang harus kau lepaskan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik…..”

“Apa sesakit ini saat kau harus melihat Minho bersamaku? Apa sesakit ini melepas orang yang kau cintai, Soojung-a?” tanya Jiyeon sambil menangis. Soojung menghela nafas. Ia mengingat jelas betapa perih hatinya dulu. “Sakitnya akan terus terasa selama beberapa waktu….”

Soojung pun mulai bercerita. “Aku sudah memesan tiket untuk kembali ke Amerika.” Jiyeon kaget. “Kau juga ingin pergi dariku?” Soojung menggeleng. “Kau sahabatku. Kita selalu bersama..” Jiyeon kembali menangis. “Aku melepaskan orang yang kucintai dan aku kehilangan sahabatku…”
Soojung terkekeh. “Aku melepaskan Minho. Ia berhak bersama wanita lain yang baik hati dan beruntung. Jangan beritahu siapa-siapa mengenai kepergianku. Lusa aku kembali ke Amerika.”

Jiyeon memeluk erat Soojung. “Aku harus sendirian lagi mulai dari sekarang,”

————-

Jaejoong baru saja sampai di apartemennya. Ia memeriksa ponselnya. Minho mengingatkannya untuk datang ke R Convention Hall untuk mengadakan konferensi pers besok pukul 10 pagi. Ia hanya bisa menghela nafas.

Jaejoong meletakkan kopernya asal. Ia mengeluarkan sesuatu dari jaket kulitnya.

Sebuah kotak kecil berbentuk hati. Isinya sebuah cincin cantik dengan safir biru tua dihiasi berlian di sekelilingnya. Ia memesan khusus cincin tersebut pada seorang desainer perhiasan. Kini ia hanya bisa menatap cincin tersebut dengan sendu. Ia memasukkan cincin tersebut dalam box yang berisi semua kenangannya dengan Jiyeon.

Park Jiyeon…. Neomu saranghae… Apa kau mendengarnya?

hehehe gomawo sudah mampir^^ brhubung ini sudah dekat chapter end, aku mau nanya sm para readers..
1. need sequel?
2. utk next project aku, kira-kira readers maunya siapa?
gomawo sudah mampir^^ mian bnyk typo dsb 😀

97 thoughts on “Only One (Chapter 12)”

  1. Part ini buat sedih. Kira2 minho akan membiarkan soojung pergi begitu saja? Jae n ji jg, pastinya jiyeon tdk menerima ji krn diminta nyonya kim 😦
    Lanjut baca lg 🙂

  2. hai author-nim. maaf sebelumnya.
    ini komen dari aku, maaf cuman ninggalin jejak><
    maaf juga komennya cuman copas doang h3h3
    fighting ne^^

  3. kenapa onnei ngk nerima?wae….. wae.
    onnei baik mau ngorbanin cintanya buat karir orang yg dicintainya,dan ngk mentingin perasaan sendiri.onnei daebak

Leave a comment